Presiden Jokowi:Rukun di Tengah Kemajemukan Indonesia Jadi Contoh Negara Lain

By Admin

nusakini.com--Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, Indonesia dipandang oleh negara-negara lain sebagai sebuah negara yang patut dijadikan contoh, karena meski memiliki perbedaan yang amat banyak Indonesia dipandang mereka bisa rukun, bisa bersatu. 

“Bulan yang lalu saat pertemuan 100 ulama yang kita undang dari seluruh dunia, kita menawarkan yang namanya Islam Jalan Tengah. Dan para ulama saat itu mengapresiasi apa yang sudah kita jalankan, Islam yang moderat, Islam yang sejuk, Islam yang damai,” kata Presiden Jokowi saat bersilaturahmi dengan Alim Ulama dan Tokoh Masyarakat se-Kabupaten Karawang, di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (6/6) siang. 

Menurut Presiden, inilah ciri keislaman di Indonesia. Ia menyebutkan, Grand Syekh dari Al Azhar hadir, Imam Besar dari Masjidil Haram hadir, mereka menyampaikan kekagumannya kepada Indonesia, kerukunan dan ukhuwahnya. 

Jadi, lanjut Presiden, sangat keliru sekali kalau Bangsa Indonesia tidak memanfaatkan ini sebagai sebuah kekuatan, sebuah potensi dalam memajukan negara yang dicintai ini. 

“Jangan sampai kita justru dari luar dikagumi, dari luar jadikan contoh, tapi di dalam kita menjadi retak gara-gara urusan Pilkada, urusan Pilgub, urusan Pilpres, sangat rugi sekali kita,” ucap Presiden. 

Negara Besar 

Sebelumnya Presiden Jokowi menyampaikan, Indonesia ini adalah negara beragam, berbeda-beda, baik berbeda suku, berbeda agama, berbeda adat, berbeda tradisi. Indonesia memiliki 714 suku, dengan bahasa daerah yang berbeda-beda, dan ada 1.100 lebih bahasa daerah, bahasa lokal. 

“Inilah anugerah Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia, bahwa kita ini memang berbeda-beda, beragam ini yang sering terus saya ingat-ingatkan kepada seluruh komponen masyarakat. Indonesia tidak homogen, Indonesia berbeda-beda, beragam dan majemuk,” terang Presiden. 

Oleh sebab itu, Presiden Jokowi menitipkan pesan kepada para peserta silaturahmi dalam menghadapi perhelatan yang namanya pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, dan bahkan pilihan presiden. 

Pesta demokrasi setiap 5 tahun ini, menurut Presiden, sering memecah, sering menyebabkan Indonesia menjadi tidak rukun, tidak saling menyapa antar tetangga, tidak saling sapa antar kampung, tidak saling sapa antar teman gara-gara hanya pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden. 

“Sangat rugi besar kita kalau seperti itu. Karena modal besar bangsa kita ini adalah persatuan, adalah kerukunan,” tutur Kepala Negara. 

Untuk itu, Kepala Negara mengajak para ulama dan pengasuh pondok pesantren se Kabupaten Karawang itu untuk membangun persaudaraan, membangun ukhuwah islamiyah, membangun Ukhuwah Wathoniyah kita. 

“Ya karena anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa kita ini memang berbeda-beda, berbeda-beda,” tutur Presiden Jokowi. 

Ditegaskan Presiden Jokowi, Indonesia adalah negara yang sangat besar. Jangan sampai kita terpecah-pecah karena pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden. 

“Silakan Bapak/Ibu pilih pemimpin baik di kabupaten, di kota, di provinsi, di nasional, pilih yang paling baik. Setelah itu ya sudah rukun kembali karena setiap 5 tahun ini ada terus. Itu pesta demokrasi, pesta politik. Ya sudah gunakan hak politik kita. Tapi jangan sampai mencerai-beraikan kita, jangan sampai menjadikan ukhuwah kita menjadi retak,” kata Presiden Jokowi menekankan. 

Tampak mendampingi Presiden Jokowi dalam kesempatan itu adalah Ibu Negara Iriana, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Agum Gumelar, Koordinator Staf Khusus Teten Masduki, dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. (p/ab)